Kebudayaan Papua

Minggu, 17 Januari 2016


  1. Kesenian Masyarakat Papua

  1. Pakaian Tradisional

Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama bentuknya. Pakaian adat itu memakai hiasan-hiasan seperti hiasan kepala berupa bentuk burung cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Namun ada juga masyarakat suku pedalaman Papua yang hanya menggunakan koteka dalam membalut tubuhnya.



  1. Rumah Adat

Rumah adat Papua memiliki nama Rumah Honai, dimana bahan yang diguanakan untuk membuat rumah Honai yaitu dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan tangan.




  1. Tari Tradisional

Papua memiliki berbagai macam tarian yang unik dan menarik, seperti tari selamat datang yang merupakan tarian khas papua. Tari ini memiliki gerakan yang menarik, dinamik dan dilakuakan dengan semangat. Terdapat berbagai macam tari-tarian dan mereka biasa menyebutnya dengan Yosim Pancar (YOSPAN). Di dalam tarian ini terdapat aneka bentuk gerak tarian seperti tari Gale-gale, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo, tari Balada serta tari Cendrawasih. Tarian tradisional Papua ini sering dimainkan dalam berbagai kesempatan seperti untuk penyambutan tamu terhormat, penyambutan para turis asing yang menggambarkan kegembiraan hati para penduduk untuk para tamu yang datang ke wilayah mereka,serta dimainkan juga dalam upacara adat.

  1. Tari-tarian Daerah Papua Barat dan Tengah

  • Tari Suanggi    : Tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi ( Jejadian ).
  • Tari Perang   : Tarian yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat papua.

  1. Tari-tarian Daerah Papua Timur

  • Tarian Selamat Datang: Tarian yang mempertunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
  • Tarian Musyoh : Merupakan tarian sakral dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.



  1. Senjata Tradisional

Papua memiliki senjata tradisional yang digunakan untuk melawan musuh. Seperti pisau belati papua yang terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan bulu burung tersebut yang menghiasi pinggiran belati tersebut. Namun ada senjata lain yang biasanya di gunakan yaitu busur dan panah serta lembing yang digunakan untuk berburu.



  1. Makanan Khas

Makanan khas papua yaitu sagu yang di buat jadi bubur atau yang dikenal dengan nama papeda. Masyarakat papua biasanya menyantap papeda bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis.



  1. Alat Musik

Papua memiliki banyak alat musik tradisional salah satunya yaitu tifa. Tifa merupakan salah satu alat musik pukul yang bentuknya hampir mirip dengan gendang. Alat musik Tifa terbuat dari kayu yang mana pada bagian tengah kayu tersebut dibuat lubang besar yang dibersihkan. Lalu diujung salah satu kayu tersebut ditutup dengan mengunakan kulit rusa yang telah dikeringkan yang berfungsi agar alat musik Tifa ini bisa menghasilkan suara yang indah dan bagus. Alat musik ini sering dimainkan sebagai instrumen musik tradisional dan sering juga dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi.



  1. Kerajinan Tangan

Masyarakat papua biasanya membuat kerajinan tangan yang di buat dari bahan-bahan yang tersedia dialam. Seperti kerajinan tas yang bernama Noken. Kerajinan ini di buat dari kulit kayu yang di anyam, dan warna yang diguanakan berasal dari pewarna alami akar tumbuhan dan buah-buahan. Noken ini biasa di gunakan dan di bawah dengan menyangkutkan noken di atas kepala (Rizky, 2013:132).


  1. Sistem Religi Masyarakat Papua

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya, bahasa, dan bahkan agama. Perbedaan kepercayaan di beberapa daerah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti, minimnya akses pendidikan di daerah tersebut hingga kepercayaan tersebut merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang di suatu daerah tesebut. Secara tidak langsung, kepercayaan setiap masyarakat tersebut dipengaruhi oleh perbedaan budaya yang terdapat di daerah mereka.  Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Papua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain.

Dalam hal kerohanian, sebagian besar  penduduk asli Papua telah mempunyai kepercayaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, beberapa kelompok masyarakat Papua masih memiliki kepercayaan totemisme, yaitu kepercayaan yang memandang asal-usul manusia berasal dari dewa-dewa nenek moyang. Selain itu masih ada sebagian dari penduduk di daerah pedalaman dan suku-suku yang mana masih sangat tertutup dan tidak mau berhubungan dengan dunia luar.

Untuk pertama kalinya pada tanggal 5 Februari 1855 agama Kristen masuk di Papua yang dibawa oleh 2 orang penginjil yaitu Ottow dan Geizler dari Belanda dan Jerman. Sejak saat itulah agama Kristen mulai berkembang ke seluruh daerah di Papua. Dengan demikian mayoritas penduduk di Papua memeluk agama Kristen. Penduduk di bagian utara, barat dan timur kebanyakan beragama Kristen Protestan, sedangkan penduduk bagian selatan memeluk agama Kristen Katolik. Selain agama Kristen, sebagian penduduk asli terutama daerah Fak Fak dan kepulauan Raja Ampat Sorong menganut agama Islam.

Selain itu, banyak misionaris yang melakukan misi keagamaan di pedalaman-pedalaman Papua. Mereka memainkan peran penting dalam membantu masyarakat, baik melalui sekolah misionaris, balai pengobatan, maupun bidang pendidikan di bidang pertanian, bahasa, atau pengetahuan lainnya. Misionaris juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.

Di Papua terdapat keyakinan bahwa agama mempunyai peran ganda, yaitu untuk individu dan untuk masyarakat. Terhadap individu, agama adalah jalan penyucian diri, sarana penyucian jiwa yang akan memberi berbagai pegangan dan pedoman untuk mencapai kesempurnaan hidup. Terhadap masyarakat, agama menjadi suatu sarana penting dalam tertib sosial dan norma-normanya yang sering amat efektif untuk membentuk suatu sistem sosial.

Karena semakin berkembangnya zaman dan semakin maju dan canggihnya teknologi di dunia, sangat memudahkan bagi para penduduk Papua untuk mempelajari agama-agama resmi yang ada di Indonesia. Sekarang, di Papua terdapat agama Kristen, agama Islam dan Hindu Bali serta Budha yang merupakan penganut minoritas. Khusus untuk Agama Islam dan Hindu, kebanyakan hanya terdapat di kota sedangkan daerah-daerah pedalaman pada umumnya beragama Kristen.



  1. Sistem Sosial Dan Budaya Papua

Perspektif sosial dan budaya merupakan proses perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan pola pikir, gagasan dan ide-ide manusia mengakibatkan terjadinya perbedaan dengan keadaan sebelumnya dengan keadaan yang sedang dihadapi seperti perubahan struktur, fungsi budaya baik dalam wujud penambahan unsur baru atau pengurangan dan penghilangan unsur lama bisa dalam manifestasi kemunduran (regress) dan bisa juga kemajuan (progress).

Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani dan Sentani (Arifin, 1998:64). Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Ami, Sentani dan lain-lain. Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat penduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

Berbicara mengenai sistem sosial, terkandung sistem nilai sosial budaya. Koentjaraningrat (1974:25) menganggap nilai sosial budaya sebagai faktor mental yang menentukan perbuatan seseorang atau sekelompok orang di masyarakat. Sistem nilai budaya terdiri dari konsep-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu suatu nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.

Semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan, akan berkisar dalam lingkup masalah kehidupan (hakekat hidup), kerja, waktu, alam atau lingkungan hidup dan hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan mengikuti klasifikasi Alisyahbana (1981:22), berusaha memilah-milah berbagai macam nilai budaya menjadi enam kelompok.

Keenam jenis nilai tersebut, timbul dari aktivitas budi manusia, yaitu:

  1. nilai teori atau ilmu yang merupakan identitas tiap benda atau peristiwa, terutama berkait erat dengan aspek penalaran (reasoning) ilmu dan teknologi;
  2. nilai ekonomi, yang mencari dan member makna bagaimana kegunaan segala sesuatu, berpusat pada penggunaan sumber dan benda ekonomi secara efektif dan efisien berdasarkan kalkulasi dan pertanggung jawaban;
  3. nilai agama, yang melihat segala sesuatu sebagai penjelmaan kekudusan, dikonsentrasikan pada nilai-nilai dasar bagi kemajuan kehidupan di dunia dan akhirat;
  4. nilai seni, yang menjelmakan keindahan atau keekspresifan;
  5. nilai kekuasaan, yang merupakan proses vertikal dari organisasi sosial yang terutama terjelma dalam hubungan politik, ditandai oleh pengambilan keputusan; dan
  6. nilai solidaritas sosial, yang merupakan poros horizontal dari organisasi, terjelma dalam cinta dan kasih sayang, namun lebih berorientasi kepada kepoercayaan diri sendiri.

  1. Sistem Kekerabatan dan Sistem Organisasi Sosial

Umumnya masyarakat papua hidup dalam system kekerabatan dengan menurut garis keturunan ayah ( Partrilinea ).Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpendudukan asli papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

Beberapa contoh sistem kekerabatan yang berlaku di Papua :

  1. Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, dimana bapak, ibu dan anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya. Dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.
  2. Pada dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang terdiri dari beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya.
  3. Perkampungan tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibaut dari kayu tanpa jendela.Rumah seperti ini disebut Honai.
  4. Komplek bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang dinamakan : rumah laki-laki ( Honai / pilamo ), rumah perempuan ( ebe-ae / ebei ), dapur ( hunila ) dan kandang babi ( wamdabu / wamai ).







  1. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Papua

  1. Penduduk pesisir pantai

Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan meramu sagu yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.

  1. Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah

Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihuta disekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil. Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliran sungai.

  1. Penduduk pegunungan yang mendiami lembah

Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang kala mereka berburu dan memetik hasil dari hutan (Alisyahban, 1981:74).



  1. Sistem Peralatan dan Teknologi masyarakat Papua

Senjata-senjata dan Teknologi Berburu, Meramu dan Mencari Ikan

  1. Metode-metode memotong
  2. Senjata-senjata pukul
  3. Senjata-senjata lempar
  4. Senjata-senjata tusuk
  5. Metode-metode perangkap
  6. Metode umpan
  7. Metode menggiring
  8. Meracun



Banyak suku bangsa berburu di dunia mengenal berbagai macam alat transport dan tempat perlindungan sementara/perkemahan.








Alisyahban.1981.  Pembangunan Kebudayaan Indonesian Di Tengah Laju Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta: Prisma
R. Rizky.2013. Mengenal Seni dan Budaya Indonesia. Depok: Penebar Swadaya
Syamsul Arifin. 1998. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan.Yogyakarta: Sipress






















































0 komentar:

Posting Komentar