- Kesenian Masyarakat Papua
- Pakaian Tradisional
Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama bentuknya. Pakaian
adat itu memakai hiasan-hiasan seperti hiasan kepala berupa bentuk burung
cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta
rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Namun ada juga masyarakat suku pedalaman
Papua yang hanya menggunakan koteka dalam membalut tubuhnya.
- Rumah Adat
Rumah adat Papua memiliki nama Rumah Honai, dimana bahan yang diguanakan
untuk membuat rumah Honai yaitu dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut
yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu
yang kecil dan tidak berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang
terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan
sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan
tangan.
- Tari Tradisional
Papua memiliki berbagai macam tarian yang unik dan menarik, seperti tari
selamat datang yang merupakan tarian khas papua. Tari ini memiliki gerakan yang
menarik, dinamik dan dilakuakan dengan semangat. Terdapat berbagai macam tari-tarian dan mereka
biasa menyebutnya dengan Yosim Pancar (YOSPAN). Di dalam tarian ini terdapat
aneka bentuk gerak tarian seperti tari Gale-gale, tari Pacul Tiga, tari Seka,
Tari Sajojo, tari Balada serta tari Cendrawasih. Tarian tradisional Papua ini
sering dimainkan dalam berbagai kesempatan seperti untuk penyambutan tamu
terhormat, penyambutan para turis asing yang
menggambarkan kegembiraan hati para penduduk untuk para tamu yang datang ke
wilayah mereka,serta
dimainkan juga dalam
upacara adat.
- Tari-tarian Daerah Papua Barat dan Tengah
- Tari Suanggi : Tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi ( Jejadian ).
- Tari Perang : Tarian yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat papua.
- Tari-tarian Daerah Papua Timur
- Tarian Selamat Datang: Tarian yang mempertunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
- Tarian Musyoh : Merupakan tarian sakral dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.
- Senjata Tradisional
Papua memiliki senjata tradisional yang digunakan untuk melawan musuh.
Seperti pisau belati papua yang terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan
bulu burung tersebut yang menghiasi pinggiran belati tersebut. Namun ada
senjata lain yang biasanya di gunakan yaitu busur dan panah serta lembing yang
digunakan untuk berburu.
- Makanan Khas
Makanan khas papua yaitu sagu yang di buat jadi bubur atau yang dikenal
dengan nama papeda. Masyarakat papua biasanya menyantap papeda bersama kuah
kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan dibumbui kunyit dan
jeruk nipis.
- Alat Musik
Papua memiliki banyak alat musik tradisional salah satunya yaitu tifa. Tifa
merupakan salah satu alat musik pukul yang bentuknya hampir mirip dengan
gendang. Alat musik Tifa terbuat dari kayu yang mana pada bagian tengah kayu
tersebut dibuat lubang besar yang dibersihkan. Lalu diujung salah satu kayu
tersebut ditutup dengan mengunakan kulit rusa yang telah dikeringkan yang
berfungsi agar alat musik Tifa ini bisa menghasilkan suara yang indah dan bagus.
Alat musik ini
sering dimainkan sebagai instrumen
musik tradisional dan sering juga dimainkan untuk mengiringi tarian
tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi.
- Kerajinan Tangan
Masyarakat papua biasanya membuat kerajinan tangan yang di buat dari
bahan-bahan yang tersedia dialam. Seperti kerajinan tas yang bernama Noken.
Kerajinan ini di buat dari kulit kayu yang di anyam, dan warna yang diguanakan
berasal dari pewarna alami akar tumbuhan dan buah-buahan. Noken ini biasa di
gunakan dan di bawah dengan menyangkutkan noken di atas kepala (Rizky, 2013:132).
- Sistem Religi Masyarakat Papua
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya, bahasa, dan bahkan
agama. Perbedaan kepercayaan di beberapa daerah di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor seperti, minimnya akses pendidikan di daerah tersebut hingga
kepercayaan tersebut merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang di suatu
daerah tesebut. Secara tidak langsung, kepercayaan setiap masyarakat tersebut
dipengaruhi oleh perbedaan budaya yang terdapat di daerah mereka. Keagamaan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Papua dan dalam hal kerukunan antar
umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain.
Dalam hal kerohanian, sebagian besar penduduk asli Papua telah
mempunyai kepercayaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, beberapa
kelompok masyarakat Papua masih memiliki kepercayaan totemisme, yaitu
kepercayaan yang memandang asal-usul manusia berasal dari dewa-dewa nenek
moyang. Selain itu masih ada sebagian dari penduduk di daerah pedalaman dan
suku-suku yang mana masih sangat tertutup dan tidak mau berhubungan dengan
dunia luar.
Untuk pertama kalinya pada tanggal 5 Februari 1855 agama Kristen masuk
di Papua yang dibawa oleh 2 orang penginjil yaitu Ottow dan Geizler dari
Belanda dan Jerman. Sejak saat itulah agama Kristen mulai berkembang ke seluruh
daerah di Papua. Dengan demikian mayoritas penduduk di Papua memeluk agama
Kristen. Penduduk di bagian utara, barat dan timur kebanyakan beragama Kristen
Protestan, sedangkan penduduk bagian selatan memeluk agama Kristen Katolik.
Selain agama Kristen, sebagian penduduk asli terutama daerah Fak Fak dan
kepulauan Raja Ampat Sorong menganut agama Islam.
Selain itu, banyak misionaris yang melakukan misi keagamaan di
pedalaman-pedalaman Papua. Mereka memainkan peran penting dalam membantu
masyarakat, baik melalui sekolah misionaris, balai pengobatan, maupun bidang
pendidikan di bidang pertanian, bahasa, atau pengetahuan lainnya. Misionaris
juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah
pedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.
Di Papua terdapat keyakinan bahwa agama mempunyai peran ganda, yaitu
untuk individu dan untuk masyarakat. Terhadap individu, agama adalah jalan
penyucian diri, sarana penyucian jiwa yang akan memberi berbagai pegangan dan
pedoman untuk mencapai kesempurnaan hidup. Terhadap masyarakat, agama menjadi
suatu sarana penting dalam tertib sosial dan norma-normanya yang sering amat
efektif untuk membentuk suatu sistem sosial.
Karena semakin berkembangnya zaman dan semakin maju dan canggihnya
teknologi di dunia, sangat memudahkan bagi para penduduk Papua untuk
mempelajari agama-agama resmi yang ada di Indonesia. Sekarang, di Papua
terdapat agama Kristen, agama Islam dan Hindu Bali serta Budha yang merupakan
penganut minoritas. Khusus untuk Agama Islam dan Hindu, kebanyakan hanya
terdapat di kota sedangkan daerah-daerah pedalaman pada umumnya beragama
Kristen.
- Sistem Sosial Dan Budaya Papua
Perspektif sosial dan budaya merupakan proses perubahan yang diakibatkan
oleh kemajuan pola pikir, gagasan dan ide-ide manusia mengakibatkan terjadinya
perbedaan dengan keadaan sebelumnya dengan keadaan yang sedang dihadapi seperti
perubahan struktur, fungsi budaya baik dalam wujud penambahan unsur baru atau
pengurangan dan penghilangan unsur lama bisa dalam manifestasi kemunduran
(regress) dan bisa juga kemajuan (progress).
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang
masing-masing berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia
dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani dan Sentani (Arifin, 1998:64).
Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan
yang lebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat,
Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Ami, Sentani dan lain-lain. Umumnya masyarakat
Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah
(patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat penduduk asli
Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam
laut, hutan dan pegunungan.
Berbicara mengenai sistem sosial, terkandung sistem nilai sosial budaya.
Koentjaraningrat (1974:25) menganggap nilai sosial budaya sebagai faktor mental
yang menentukan perbuatan seseorang atau sekelompok orang di masyarakat. Sistem
nilai budaya terdiri dari konsep-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran
sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat
bernilai dalam hidup. Karena itu suatu nilai budaya biasanya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia
lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan
norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.
Semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan, akan berkisar dalam
lingkup masalah kehidupan (hakekat hidup), kerja, waktu, alam atau lingkungan
hidup dan hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan mengikuti klasifikasi Alisyahbana
(1981:22), berusaha memilah-milah berbagai macam nilai budaya menjadi enam
kelompok.
Keenam jenis nilai tersebut, timbul dari aktivitas budi manusia, yaitu:
- nilai teori atau ilmu yang merupakan identitas tiap benda atau peristiwa, terutama berkait erat dengan aspek penalaran (reasoning) ilmu dan teknologi;
- nilai ekonomi, yang mencari dan member makna bagaimana kegunaan segala sesuatu, berpusat pada penggunaan sumber dan benda ekonomi secara efektif dan efisien berdasarkan kalkulasi dan pertanggung jawaban;
- nilai agama, yang melihat segala sesuatu sebagai penjelmaan kekudusan, dikonsentrasikan pada nilai-nilai dasar bagi kemajuan kehidupan di dunia dan akhirat;
- nilai seni, yang menjelmakan keindahan atau keekspresifan;
- nilai kekuasaan, yang merupakan proses vertikal dari organisasi sosial yang terutama terjelma dalam hubungan politik, ditandai oleh pengambilan keputusan; dan
- nilai solidaritas sosial, yang merupakan poros horizontal dari organisasi, terjelma dalam cinta dan kasih sayang, namun lebih berorientasi kepada kepoercayaan diri sendiri.
- Sistem Kekerabatan dan Sistem Organisasi Sosial
Umumnya masyarakat papua hidup dalam system kekerabatan dengan menurut
garis keturunan ayah ( Partrilinea ).Budaya setempat berasal dari Melanesia.
Masyarakat berpendudukan asli papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang
sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.
Beberapa contoh sistem kekerabatan yang berlaku di Papua :
- Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, dimana bapak, ibu dan anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya. Dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.
- Pada dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang terdiri dari beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya.
- Perkampungan tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibaut dari kayu tanpa jendela.Rumah seperti ini disebut Honai.
- Komplek bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang dinamakan : rumah laki-laki ( Honai / pilamo ), rumah perempuan ( ebe-ae / ebei ), dapur ( hunila ) dan kandang babi ( wamdabu / wamai ).
- Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Papua
- Penduduk pesisir pantai
Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan
meramu sagu yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan
kota dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.
- Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah
Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu
dihuta disekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok
kecil. Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan
payau serta sepanjang aliran sungai.
- Penduduk pegunungan yang mendiami lembah
Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang
kala mereka berburu dan memetik hasil dari hutan (Alisyahban, 1981:74).
- Sistem Peralatan dan Teknologi masyarakat Papua
Senjata-senjata dan Teknologi Berburu, Meramu dan Mencari Ikan
- Metode-metode memotong
- Senjata-senjata pukul
- Senjata-senjata lempar
- Senjata-senjata tusuk
- Metode-metode perangkap
- Metode umpan
- Metode menggiring
- Meracun
Banyak suku bangsa berburu di dunia mengenal berbagai macam alat transport
dan tempat perlindungan sementara/perkemahan.
Alisyahban.1981. Pembangunan Kebudayaan Indonesian Di
Tengah Laju Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta: Prisma
R. Rizky.2013. Mengenal Seni dan Budaya Indonesia.
Depok: Penebar Swadaya
Syamsul Arifin.
1998. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan.Yogyakarta: Sipress
0 komentar:
Posting Komentar